Derajat ku juga keluargaku

Pagi ini setelah blog walking, dan saya menemukan artikel yang issuenya sangat bagus untuk dibahas di Artikel yang berjudul Jangan Batasi Potensi Diri . Di dalam artikel tersebut ada review tentang kisah seorang Ibu super yang menyekolahkan anaknya dengan berbagai cara. Membaca ulasan di artikel tersebut saya jadi ingin beropini lagi, dan tentunya didasari pengalaman pribadi juga. Saya ingin beropini tentang kemiskinan dan derajat sebuah keluarga.

Saya terlahir disebuah keluar luar biasa yang terlihat biasa, dari kecil saya selalu diajarkan untuk hidup sederhana, kalau kata Ayah saya yang selalu beliau ucapkan hingga kini "Belajar hidup prihatin". Memang Rejeki orang berbeda-beda, namun itu bukan merupakan alasan untuk "berpasrah diri". Kembali ke keluarga saya yang sederhana, saya dari kecil selalu diajarkan untuk berhemat, berhemat bukan berarti pelit. Sejak SD hingga SMA mungkin uang saku (jajan) saya dibawah rata-rata standar yang anak-anak seusia saya miliki pada masanya.

Kelas 1 SD (1996) saya diberi uang saku 100 "perak", yang saya ingat saat itu saya gunakan untuk membeli jajan khas Sekolah Dasar yaitu "Es Kenyot". Sebuah teh manis atau sirup yang di kemas dalam plasik kecil dan di bekukan. Masuk ke SMP (2002) uang saku saya Rp. 1500,- , SMA (2005) Rp. 5000- 10.000. Meskipun terhitung pas-pasan namun saya tidak pernah mempermasalahkan. Dan saya harus mensyukuri memiliki Ibu yang hebat! dari dulu hingga detik ini, dari zaman Beliau masih menjadi seorang Karyawati Swasta hingga pensiunan beliau selalu membawakan saya bekal makan siang dan saya tidak pernah malu untuk membuka dan menyantap makanan tersebut, kadang saya menjadi inspirasi teman-teman lain untuk melakukan hal yang sama. haha

Saat masih produktif Ayah dan Ibu saya seorang pegawai swasta yang cukup mapan, namun dengan uang saku yang saya ceritakan mereka mengajarkan untuk gunakan uang seperlunya. Saya ingat sekali seorang teman SMP saya kaget ketika menanyakan nominal uang saku saya, bukan untuk maksud merendahkan Teman saya merupakan dari keluarga yang kurang mampu, hal itu saya simpulkan dari ceritanya kepada saya. Sekali lagi bukan dengan maksud merendahkan! Dia berkata " Serius uang lo cuma Cenggo (1500)? gue aja jajan goceng (5000)". Mengenai domisili? jarak rumah kita hanya beda sedikit namun saya pergi bersekolah dengan jalan kaki (+/- 2 KM) tentunya dengan cara mencari jalan tikus.  Sedangkan dia mungkin (5 KM) menggunakan angkutan umum yang kalau di potong dengan ongkosnya masih 2x lipat uang saku saya.

Sekitar pertengahan periode SMA saya, Orang tua saya pensiun dini. Setelah pensiun orang tua saya membuka sebuah warung makan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mungkin bisa dibilang kalau orang tua saya berhanti begitu saja, saya bisa tidak makan sehari-harinya. Namun untuk menjaga kelangsungan dan derajat keluarga mereka tetap berusaha mencari rezeki, dan tidak pernah mengatakan kami orang tidak mampu. Ayah saya sering mendapatkan rejeki dari membantu temannya meskipun Ayah saya tidak memintanya, seperti membantu mencarikan rumah, menjual Tanah, mengurusi masuk sekolah anaknya. Ibu saya masih fokus untuk berjualan makanan dikantin perkantoran, sekarang pindah di kantin tempat kursus. 

Kerja keras Beliau secara otomatis menyebar ke anak-anaknya yang sudah dari dulu diajarkan. Setelah saya lulus SMA saya berusaha mendapatkan pekerjaan yang bisa saya kerjakan sambil saya kuliah. Alhamdulillah saya mendapatkan pekerjaan dari mulai seorang marketing, penjaga distro, designer baju distro, marketing pulsa elektrik hingga kini saya bekerja di perkantoran. Saya masih menempuh kuliah di Universitas Negeri Jakarta, dan mengusahakan lulus tepat waktu. Sejak kuliah saya memenuhi kebutuhan saya sendiri dari uang saku hingga beli pakaian.

Dari pengalaman pribadi ini saya bukan bermaksud untuk jumawa dan sombong, tetapi menyampaikan refleksi dari blog yang saya baca tadi pagi dengan cara sendiri. Bahwa sekrang ini banyak orang tua atau bahkan anaka-anak muda lebih malu bekerja sebagai "Office Boy", "sales", dll dibanding mengatakan "saya orang susah". Dengan begitu bagaimana kita bisa meningkatkan derajat sendiri dan keluarga? Apapun pekerjaan selama halal kenapa harus malu? Islam memotivasi dengan kalimat "Man Jadda wa jadda", lalu apa yan harus ditakutkan? Dengan usaha yang kita jalankan nantinya tidak akan ada orang yang menggolong-golong kan si Kaya dan si Miskin. Karena manusia bukan dinilai dari materinya kok. 

Kemarin saya juga membaca artikel mengnai mahasiswa yang menggolongkan si Kaya dan si miskin dengan cerita jenakanya. Saya pribadi sedih mendengar pemuda sehat walafiat berkata seperti itu, Saya pribadi sering hanya menyisakan uang seribu rupiah di dompet namun saya menghindari untuk berkata saya orang susah. Alhamdulillah saya bisa membantu mengangkat kembali derajat keluarga saya. 

Jadi dengan cerita pengalaman pribadi saya ini buakan bermaksud sombong dan jumawa namun diharapkan bisa membuka mata orang lain terutama Anak muda untuk mengangkat derajat dirinya dan keluarga.  Bukankah sudah banyak kisah orang sukses dengan kondisi yang lebih buruk dari hidup kita?


"Jika kamu gagal, teruslah semangat jangan menyerah, karena jika kamu menyerah selesai lah sudah" - Top Ittipat


13 comments:

  1. Man jadda waja ... kalimat itu pepatah yang terbukti benar... o ya awet ya blog dot co dot cc nya ... aku pernah buat tapi cuma 2 bulan di sepak

    ReplyDelete
  2. Saya sudah berapa lama ya lupa, tapi saya hanya domainnya saja. :)

    ReplyDelete
  3. hmm teringat dulu saya sekolah, kelas 1 SD (1993) uang jajannya Rp. 100. Kelas 2, Rp. 200. Kirain kelas 3 bakalan ditambahin jadi 300, eh malah tetep 200 sampai kelas 6. Tapi dulu saya jualan kertas binder, jadi duit jajan banyak. haha.
    Pas SMP, uang jajan perhari cuma 500 (tahun 1999) sampai kelas 3. Pas SMA, karena merantau, uang jajan RP. 500rb/bulan. kok jadi curcol uang jajan ya? hehehe. Tapi, karena ayah saya termasuk orang yg mencanangkan gerakan hidup hemat dan nggak mubazir, jadi sampai sekarang saya masih merasakannya.

    ReplyDelete
  4. orang tua saya pun mengajarkan untuk hidup prihatin, hidup hemat karena kita tidak hidup untuk saat ini, ada saat nanti dimana masa itu adalah kumpulan kerja kita hari ini

    ReplyDelete
  5. bandingkan dg anak sekarang. anak kelas 1 sd jajan 10rb per hari sob. gila kan ?

    ReplyDelete
  6. Subhanallaah, keren xD

    jadi teringat sebuah hadits baginda Rasulullah:

    "Kekayaan bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina') adalah hati yang selalu merasa cukup" (HR. Bukhari)

    :)

    ReplyDelete
  7. yah kehidupan itulah intinya, kita wajib berusaha dan mau memperjuangkan sesuatu agar kehidupan kita terus berlanjut. Tak peduli seberapa kita dapat harus dimaksimalkan, kalau mau lebih yaa itu tadi, usaha harus lebih keras. Happy blogging sob, trims.

    ReplyDelete
  8. Saya juga pernah jadi office boy. Yang penting halal kerja apapun siap aku lakukan. Postingan yang mampu membangun jiwa.

    ReplyDelete
  9. @Meutia: Wah Hebat jaman 93 SDnya? jadul abis , hehe

    @NF: Alhamdulillah sob :)

    @yuyud: Kalau soal skrng sih asal berkecukupan gpp sob, asal jgn ngasih jajan anaknya banyak tapi ngakunya orang gak mampu :)

    @diniehz: Subhanallah, Beliau memang panutan sempurna :)

    @Tabuhgong: Betul sob, syukuri dan terus berusaha. Tawakal sob!

    @Djangkaru Bumi: Wah hebat mas :)

    ReplyDelete
  10. ya ampuun inspiratif sekali.
    minta ijin ya mas, saya copy. buat sandingan cerita ke anak saya.

    ReplyDelete
  11. @zachflazz Wah mas sebuah kebanggan pribadi bisa menginspirasi :)

    ReplyDelete
  12. Blogwalking gan, Visit back XD..

    ReplyDelete
  13. jajan SD kita sama, yaa..100 perak.Pas kls 4 naik 500.
    saya jga suka bwa bekal, kadang janjian ama teman2 trus mkn breng2.hehe
    skrg, 100 cuma dpet permen..

    ReplyDelete

 

Author Profile

My photo
Shout it loud and do judge a book by its cover!